PANGKALPINANG – Ketua Pengurus Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Pangkalpinang periode 2025–2030, drg. Widyanita Wahab, mengungkapkan tingginya angka kerusakan dan kehilangan gigi pada anak usia sekolah di Pangkalpinang dan Bangka Belitung. Berdasarkan data tahun 2023, daerah ini bahkan masuk dalam tiga besar nasional untuk kasus kerusakan gigi.
Menurut drg. Widyanita, tingginya angka tersebut dipicu oleh minimnya pengetahuan masyarakat, terutama para orang tua, mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini.
“Kerusakan gigi pada anak masih cukup tinggi. Banyak orang tua belum memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi. Padahal gigi sangat berhubungan dengan kemampuan mengunyah, yang memengaruhi penyerapan nutrisi. Ketika nutrisi tidak terserap dengan baik, hal ini turut meningkatkan risiko stunting,” jelasnya.
Ia menambahkan, kondisi tersebut terlihat nyata di salah satu lokus stunting di Pangkalpinang, yakni di wilayah Air Itam, di mana rata-rata anak mengalami kerusakan gigi.
Saat ini PDGI bersama Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota Pangkalpinang terus memperkuat kolaborasi melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Tenaga kesehatan dari puskesmas secara rutin turun langsung memberikan edukasi ke sekolah-sekolah mulai tingkat TK, SD, hingga SMP. Untuk tingkat SMA/SMK, sementara ini baru dilakukan skrining, tanpa edukasi intensif, mengingat pada usia tersebut gigi anak sudah memasuki fase gigi permanen.
Terkait kondisi air di Bangka Belitung yang dikenal memiliki pH asam akibat kandungan timah, drg. Widyanita menegaskan bahwa pengaruhnya terhadap kerusakan gigi tidak signifikan.
“Faktor terbesar tetap perilaku hidup bersih dan sehat. Jika anak tidak membiasakan sikat gigi sebelum tidur, kerusakan gigi pasti meningkat,” ujarnya.
PDGI berharap edukasi dan kesadaran masyarakat dapat terus ditingkatkan agar kasus kerusakan gigi dan stunting di Pangkalpinang dapat ditekan secara berkelanjutan.
